PUASA MUTIH
Puasa mutih adalah berpuasa atau berpantang makan dan minum apa saja
kecuali nasi putih dan air putih. Biasanya puasa ini dikenal di
lingkungan penganut kejawen dan praktisi supranatural dengan
tujuan/kepentingan tertentu seperti mendapatkan Ilmu Gaib, keberhasilan
hajat dan lain-lain.
Ketika dikonsumsi, nasi putihnya pun tidak boleh ditambah bahan apapun
termasuk gula dan garam. Sebelum melakukan puasa mutih ini, biasanya
seorang pelaku puasa harus mandi keramas dulu sebelumnya dan membaca
mantra tertentu.
Dari segi spiritual metafisik, Manfaat puasa mutih mempunyai efek
yang sangat baik dan besar terhadap tubuh dan fikiran. Puasa dengan cara
supranatural mengubah sistem molekul tubuh fisik dan eterik dan
menaikkan vibrasi/getarannya sehingga membuat tubuh lebih sensitif
terhadap energi/kekuatan supranatural sekaligus mencoba membangkitkan
kemampuan indera keenam seseorang.
Apapun nama dan pelaksanaan puasa, bila puasa dilakukan dengan niat
yang tulus, maka tak mungkin akan membuat manusia yang melakoninya
celaka. Bahkan medis mampu membuktikan betapa puasa memberikan efek yang
baik bagi tubuh, terutama untuk mengistirahatkan organ-organ
pencernaan.
Hukum Puasa Mutih dalam Islam dan menurut Islam
Di dalam Islam tidak dikenal istilah puasa ‘mutih’ yaitu puasa dengan
tidak makan lauk pauk atau makanan lainnya yang bergaram. Di dalam Islam
tidak ada syariat yang demikian, karena memang Al-Quran maupun hadits
Nabi SAW sama sekali tidak menyinggungnya.
Islam hanya mengenal satu cara puasa yaitu tidak makan atau minum apapun
sejak shubuh hingga terbenam matahari. Dan waktunya adalah di bulan
Ramadhan untuk puasa wajib, atau di hari-hari lain yang telah
ditentukan, seperti tanggal 9 Zulhijah (hari Arafah), tiap hari Senin
dan Kamis, tiap tanggal 13,14 dan 15 tiap bulan (ayyamul Biidh),
berselang-seling sehari puasa dan sehari tidak (puasa Daud), tanggal 10
Muharram (hari Asyura) dan puasa-puasa sunnah lainnya.
Sedangkan praktek puasa ‘mutih’ itu sama sekali berbeda dengan cara
puasa syariat Islam. Bukankah dalam puasa ‘mutih’ itu seseorang masih
boleh makan nasi, minum air putih dan lainnya? Sedangkan dalam ketentuan
syariat puasa, makan dan minum apapun sudah pasti membatalkan puasa.
Jadi sebenarnya istilah yang tepat untuk Puasa mutih ini sebagai bentuk
adat yang dikenal di lingkungan penganut kejawen dan praktisi
supranatural dengan tujuan/kepentingan tertentu seperti mendapatkan Ilmu
Gaib, keberhasilan hajat dan lain-lain.